Perjalanan Kemarin | KholiliNulis

Perjalanan Kemarin | KholiliNulis

KholiliNulis - Saat dimana malam mulai beranjak, bergerak dan tanpa melonjak. Disaat itu langit jingga mulai berganti tahta dengan langit gelap yang penuh dengan sinar rembulan dan taburan cahaya bintang gemintangnya.

Terlihat jelas indahnya guratan-guratan awan yang melintas silih berganti dilangit yang cerah, berwarna biru, yang terlapiskan oleh transparansi gelapnya malam ini. Hingga memberikan keindahan dan membawakan kegembiraan bagi jiwa-jiwa yang memandangnya kepada keindahan-keindahan yang memancar dari lukisan-Nya itu.

     Malam itu adalah malam yang penuh keindahan dengan berbagai purwarupa kemegahan Cinta dan Kasih Sayang-Nya, bercahaya dan merasuk menerangi kedalam relung jiwa dan hati ku. Sungguh, malam yang Istimewa!.

     Berbatang Rokok 234 menemani perbincangan kami, antara aku dan dia seorang yang mulia atas darah yang mengalir didalamnya oleh Sang Junjungan alam suritauladan ummat manusia. Ya, meskipun tanpa kopi malam ini, tapi tak mengurangi rasa nikmat cengkrama kami. Walaupun yang dibahas itu tentang masa lampau dengan mantan isteri ku dan calon isteri yang akan datang nantinya buat ku. Disini aku suka merasa sedih sekaligus nyaman, sesekali juga tertawa dengannya.

     Kata perkata saling bersautan antara kami, hingga dapat melahirkan guratan-guratan senyuman serta gelak tawa. Tak sedikit juga diwarnai oleh keseriusan kami dalam berbincang, bahkan terkadang terlintas kesedihan dalam cakrawala kepala kami. Kadang dengan diam, namun itu semua tak mencemari kebahagiaan kami.

     Juga terkadang diantara kami membuka memo masa lalu, yang didalamnya banyak sekali rasa ketika membicarakan dan mengingatnya, yang juga melahirkan berbagai ekspresi raut wajah dan gerak tubuh diantara kami. Sungguh hati kami tak bisa saling membohongi atas perjalanan lumayan panjang dibalakang kemarin, antara kami juga mereka para Jama'ah serta orang-orang seperti ku. Dari rasa kesedihan, kegundahan, kegelisahan, kesenangan hingga kebahagiaan.

     Bumbu-bumbu itu terasa sangat lengkap dan nikmat bagiku, tersampaikan kedalam rongga dada. Menghiasi diantara celah cerita perjalanan lumayan panjang kemarin ini didalam kehidupan anak Adam hingga dapat Finish digaris akhir dengan baik dan penuh dengan keindahan-Nya.

     Obrolan pendek itu, sungguh menyenangkan hati kami. Setelah beberapa waktu lamanya tidak bersua, hingga akhirnya Allah mempersuakan kami. Sungguh awalnya kami tidak sengaja bertemu, dan kemudian membuat janji temu hingga kemudian kami berjalan untuk sekaligus bersilaturahmi.

     Perjalanan kami memang bertujuan untuk berdagang, setelah beberapa lama janji yang dibuat oleh beliau ini belum tersampaikan, hingga bertemu dengan ku dan kamipun dapat mendatanginya satu persatu sambil menyisipkan niat untuk bersilaturahmi dengan beliau-beliau itu. Tempat yang dituju pun tidak begitu jauh, masih dalam jangkauan kami, yaitu di Tangerang Selatan. Diantaranya kecamatan Cibodas dan Tajur Pondok Kacang. Dari satu orang mulia hingga ke orang mulia lainnya. Ya, yang mengalir didalamnya darah dan cahaya sang Junjungan alam.

     Ada satu hal yang menarik diantara kami, adalah memiliki pilihan capres cawapres yang berbeda, aku pada 01 dan beliau manambatkan hatinya pada 02. Meski tak saling mengungkapkan, namun kami sama-sama saling mengerti, mengetahui dan memahami terhadap pilihan kami masing-masing. Karena kami paham betul, bahwa ini adalah hal yang sangat sangat wajar jika kamipun harus berbeda terhadap pilihan masing-masing. Pandangan ku sendiri terhadap perbedaan ini adalah sebuah anugerah, sesungguhnya sejak zaman azali Allah sudah menghendaki perbedaan terhadap makhluk-makhluknya yang diciptakan dahulu. Sehingga kami pun tak saling menghina, mengejek hingga saling menjatuhkan.

     Anugerah perbedaan ini takkan menjadi penghalang bagi kami untuk dapat terus menjalin silaturahim, tetap bersaudara juga bersahabat. Terlebih lagi untuk tetap bisa memuliakan beliau-beliau ini dan itu, tak menjadi soal dan mempersoalkan. Apalagi menjadikan penghalang diantara kami agar tetap dapat bersaudara!.

     Jika boleh disebutkan dan dikatakan, kami mungkin memanglah orang yang fanatik dengan pilihan kami ini dan itu, namun kami dapat memisahkan ke-fanatikan kami didalam persaudaraan dan tetap terus dapat memuliakan orang-orang yang tepat untuk dimuliakan. Bukanlah sebaliknya!?.

     Azas kami berapatokan pada kecintaan kami kepada Allah Ta'ala, bukan pada rasa fanatisme kami. Dengan tetap mem-persaudarakan saudara dan saling merangkul dalam tatanan 'Ubudiyyah, saling memberikan manfa'at dan menjauhkan diri dari kemudharatan. Bukan juga sebaliknya!?.

     Ini yang sangat menarik rasa didalam diriku sendiri, saat dimana kami bertamu kepada salah satu tuan rumah dan itu adalah sebuah tempat yang merupakan basis pemenangan Paslon 02. Memang beliau yang aku temani hanya memiliki tujuan mu'amalah (berdagang) saja "Insya Allah", jadi ya, kami hanya membahas perdagangan dan barang dagangan yang dibawa.

     Disitu aku hanya memperhatikan dan mendengarkan beliau berdua membicarakan barang-barang yang kami bawa, tentang integritas dalam mu'amalah, kejujuran dan lain lagi. Sesekali aku tersenyum hingga terkekeh bersama mereka, dan berucap jika hanya ditanya oleh sang tuan rumah. Yang juga masih keturunan sang Junjungan alam, sang penebar Rahmat beserta Syafa'at.

     Disitu tidak ada obrolan isu-isu atau segala hal yang menyangkut Politik jelang pemilihan Capres Cawapres plus para calon anggota dewan, tidak ada! Tanah ada itu teh manis, tasbih dan bujur bubuk. Apalagi untuk mengintimidasi diriku, karena aku 01 kemudian agar aku membelokkan jalan ku ke kiri. Yang terjadi beliau memuliakan tamunya, padahal dari raut wajah dan perawakannya beliau sudah termasuk sepuh, tapi beliau ini mau mencontohkan yang baik bagi yang muda seperti kami ini. Beliau sendiri yang membawakan minuman es teh manis untuk kami, sungguh dengan senyuman yang indah yang memancarkan cahayanya.

     Sebenarnya perjalanan itu Aku sangat merasakan kering sekali ditenggorokan, rasanya haus sekali. Eh, pas sampe dirumah tujuan langsung di jamu es teh manis. Sungguh nikmat dan pengertian beliua ini, energi terkuras saat perjalanan langsung terisi seketika dengan manis dan segarnya es teh manis. Alhamdulillah 'Ala Kulli Haal..

     Tak saling melecehkan, menghina, menghujat, apalagi Sampai mengusir ku. Adem, ayem tentrem, ngerti, memisahkan urusan politik yang kotor itu. Justeru saling memuliakan, senang rasanya kepada beliau, sudah sepuh namun tetap mau mengajarkan kami untuk tetap memuliakan tamu dengan lakonnya.

     Nah, kami beralih ketempat yang ke-dua, kalo beliau ini lebih santai lagi, rasa-rasanya sih beliau N.U. Di Tangerang Selatan itu N.U bisa di hitung dengan jari.

     Kalau beliau ini lebih santai, ketika kami dateng kerumahnya langsung disuguhkan Kopi, Kopi yang selalu diminum orang-orang santai dan adem, juga dengan 234 nya pastinya. Tunggu, waktu saya baru sampe dan pelayan nya membuat kan kopi, sejenak aku pamit untuk menunaikan sholat Ashar dilanjut dengan sholat Maghrib berjama'ah di sebuah Mushallah di bilangan Tajur, Tangerang Selatan.

     Setelah selesai sholat aku kembali kerumah beliau ini, dan Kopi itu telah ada di meja dan mulai adem. Alhamdulillah, nikmatnya telah disediakan Kopi oleh nya. Oh iya, ada yang ketinggalan. Jadi sewaktu hampir sampai dirumah beliau itu, kami mampir ketempat pecel ayam tapi yang dipesan Ayam bakar. Setelah memesannya kami tinggalkan kemudian untuk sampai dulu ke kediaman yang dituju. Barulah aku ke-Mushallah, setelah selesai ku ambil ayam bakar pesenan tadi.

     Sesampainya, aku dan beliau yang aku antarkan ini. Langsung makan dan nasi disediakan oleh tuan rumah, sungguh nikmat dan indahnya, lagi-lagi perangai para Dzuriyah Rasul SAW yang aku temui ini. Alhamdulillah 'Ala Kulli Haal. Karena beliau tidak memandang usia muda ataupun tua, beliau mau melayani tamunya dengan sangat baik dan santun. Sudah dibawakan nasi 2 piring dibawakan juga air dingin digelas yang sangat baik bentuknya, setelah sebelumnya beliau ini dengan perantara PRT nya menyediakan Kopi untuk kami semua.

     Namun sayangnya beliau selaku tuan rumah sudah makan dan tak ikut makan dengan kami. Sangat terasa ada yang kurang, bagaikan sayur tanpa airnya/kuahnya.

     Indahnya akhlak Dzuriyah mu ya Rasul, mereka-mereka yang aku temui ini. Tak ada diantara kami perbincangan tentang menggunjing atau menjatuhkan siapapun. Apalagi sedang dalam suasana suhu politik yang memanas di Nusantara ini.

"Allahumma Shalli'Ala Sayyidina Muhammadin Wa'ala Alihi Wa Ash-habihi Wa Azwajihi Wa Dzurriyatihi Wabarik Wasallim Ajma'iin."

Setelah kami selesai makan. Obrolan kami lanjutkan dengan tema dan suasana yang berbeda, kali ini ditemani juga dengan sang anak beliau. Awalnya aku hanya memperhatikan mereka berbicara, baru kemudian aku ikut mengobrol senang dan tertawa bersama.

Obrolan  kami itu masalah motor tua yang sekarang memiliki sebutan "Motor Klasik". Ini hobi anaknya beliau sang tuan rumah. Luar biasa masih sekolah Tingkatan menengah saja sudah hobi dengan motor klasik. Mantab beb.

Pembicaraan kami cuma soal; harga, body, sampai jeroan motor. Tapi sangat hangat dan membawa banyak canda dan melahirkan tawa. Nikmatnya.
Beliau yang kami sambangi ini, berusia sekitar usia 50 tahun. Tapi ya gitu, sangat hamble dan santai. Rokoknya ajah sama denganku 234, jadi semakin nikmat saja. Dan sepertinya beliau ini orang 01, ku ketahui dari perkataannya yang keluar. Membicarakan sedikit tentang Bapak Ir. Jokowi Dodo, pastinya tentang reputasi baik beliau yang sudah terbukti. Ya, beliau hanya sekedar berucap dan tidak dipanjang lebarkan. Kembali muncul dalam kepala ku, ada kesamaan lagi dengan ku. He. (Ini hanya guyon)

Alhamdulillah, kami berdua pun berpamitan dengan beliau dan pulang kekediaman habeb ku ini di Jurang Mangu Barat, Pondok Aren - Tangerang Selatan. Sesampainya dirumah kami berdua meneruskan bincang-bincang tipis-tipis tanpa kopi.

Sejurus dalam perbincangan, semakin menjurus melontarkan pertanyaannya. Makjleb ditanya soal asmara, mati kutu gua (dalam ati). Biasalah kalo ini privasi, yang beliau mengajak ngobrol masalah keluarga, hubungan, dengan mantan, anak sampai orang tua juga sahabat-sahabat lama yang belum terjumpa dengan nya. Maklumlah, bagi Jomblo pertanyaan tentang Asmara itu beraaattt. Makanya lewati saja cerita ini atau sudahi saja lah dulu cerita ini, ngetik itu beraaaat kaya rindu capekk.

Waktu pun sudah lumayan malam, sekitar jam 11 malam, akhirnya aku berpamitan dengannya untuk kembali kerumah.
Alhamdulillah'Ala Kulli Haal, semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya juga Ampunan-Nya, umur yang barokah, Hidayah serta Inayah-Nya kepada kami semua. Dan semoga Silaturahmi ini terus dapat terjaga hingga menyemai keridho'an-Nya sampai ke anak cucu ku kelak. Amiin Amiin Ya Rabbal'Alamiin.

KholiliNulis | Jurbar, April 2019.

Belum ada Komentar untuk "Perjalanan Kemarin | KholiliNulis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel